GARA-GARA
ROKOK
Oleh : VINSESIUS NONG YANUARIS
Narator : Bintang kerlap-kerlip seakan menari. Bulan
seakan tersenyum. Jarum jam merangkak kearah sepuluh, tiupan angin sepoi-sepoi
membuat pepohonan juga ikut menari-nari dan butir-butir H2O masih menggantung manja di helai dedaunan.
Begitulah suasana di malam itu di bumi Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere,
ketika itu semua insan telah tertidur lelap dengan suasana hening silentium dan
yang terdengar hanya bunyi jangkrik, tiba-tiba dua orang turun dari ranjangnya
dan melangkah dengan pelan kearah kamar barang dan menghilang dibalik
kegelapan, mereka berdua adalah Moan dan Tias.
Moan : ssst…. Teman jalan cepat sudah (mengajak Tias
ke kamar mandi)
Tias : Tunggu, saya masih lihat opa bone dengan Romo
Datus (menoleh keluar kamar)
Tias : Teman kondisinya aaman terkendali, jalan sudah
(melangkah ke kamar mandi)
Moan : Kau tunggu disini saya pergi ambil rokok
dengan pemantik (berjalan ke lemarinya)
Tias : ahh …. Kau ambil rokok apa?
Moan : biasa, MB (Marlboro)
Tias : lebih baik kau ambil Numaild saja, Marlboro
untuk hari minggu pesiar.
Moan : ok, baiklah.
Narator : Setelah itu mereka berdua mulai menghabiskan
satu, dua batang rokok,karena bosan dengan suasana di kamar mandi, tiba-tiba
Moan bangkit berdiri
Moan : Teman, saya jalan ke depan e… (meminta
persetujuan Tias)
Tias : Mau buat apa?
Moan : Saya hanya ambil senter cepat-cepat
Tias : Tidak usah sudah, awas Romo dapat.
Moan : Tidak apa-apa, kau sepertinya meragukan saya
(sambil menjepit rokok ditelinganya dan berjalan ke tempat tidur)
Narrator : setelah Moan ke depan, Tias sendirian saja
menyendiri dan hanya ditemani rokok ditangannya sambil menikmatinya. Lima belas
menit telah berlalu, namun Moan belum dating juga. Tiba-tiba disamping kamar
bunyi langkah kaki pelan berwibawa dan itu adalah langkah kaki Romo preses yang
menghirup bau rokok dari dalam kamar tidur dan mulai rasa curiga ditambah
felingnya yang kuat.
Preses : Abang nampaknya saya mencium bau asap rokok
Opa Bene : benar Romo saya juga menciumnya (sambil
memasuki kamar tidur.)
Narator : Keadaan mulai memanas, dan Romo Preses
langsung menanyakan kepada Natalis, siswa seminari yang kebetulan tempat tidur
terdekat.
Preses : Kau mencium bau asap rokok, atau tidak
Natalis : benar Romo saya juga merasakannya (sambil
turun dari ranjangnya)
Narator : Keadaan benar-benar memanas dimalam itu, Romo
Preses ingin mencari tahu siapa yang dalangnya, siapa penjahat/PKI di Seminari
ini, melihat Nando seorang Seminaris ini masih belum tidur, Romo Preses
memutuskan untuk bertanya lagi
Preses : Nando kau mencium bau asap rokok, tidak ?
(sambil mendekatinya)
Nando : tidak Romo saya tidak mencium bau asap rokok
melainkan bau kentut (sambil menggaruk kepalanya)
Narator : Jawaban dari Nando membuat Romo Preses tambah
panas, semakin larut dan malam suasananya semakin tegang kemudian Romo Preses
masih ingin tahu siapa dibalik semua ini, dengan menyuruh Nando untuk
membangunkan semua insan seminari yang sudah tertidur lelap guna mengetahui
siapa yang merokok, Mula-mula Tinus yang kebetulan datang duluan, langsung
ditanya oleh Romo Preses
Preses : Tinus, kamu yang mengisap rokok (dengan mata
menantang)
Tinus : Tidak Romo, saya jujur saya tidak merokok
Preses : Kalau benar, kau tidak merokok, tolong kau
panggil Moan
Narator : Kemudian Tinus pun memanggil Moan yang
pura-pura tidur diranjangnya
Tinus : Moan bangun, Romo Tanya apakah kau yang isap
rokok (sambil menggoyangkan kaki Moan)
Moan : oo..oh saya semua, kamu tidak pernah, ada
salah sedikit tuduhnya pasti ke saya (sambil tidur kembali)
Narator : Karena rasa ingin tahu Romo sangat tinggi dan
belum dapat sipelakunya, Romo bertanya kepada seorang anak yang biasa disapah
Ola, kali ini lebih serius lagi
Preses : Ola, apakah kau mengisap rokok ?
Ola : Tidak, Romo selama saya hidup saya tidak
pernah merokok.
Preses : benarkah apa yang kau katakan
Ola : Benar, Romo demi nama Tuhan.
Narator : ketika percakapan antara Romo Preses dan Ola masih
berlangsung, tiba-tiba muncullah dari balik kegelapan, seorang siswa berparas
manis, bertubuh pendek, dengan mengenakan pakaian bercorak santai dan itu
adalah Tias, dan munculah rasa kecurigaan dari hati kecil Romo Preses dan
langsung berseru
Preses : Tias apakah kau yang mengisap rokok (sambil
menantang dengan amarah yang meluap-luap)
Tias : Tidak Romo (sambil menundukan kepalanya)
Preses : saya sekali lagi, jawab dengan jujur, kamu
yang merokok (dengan nada tinggi)
Narator : dengan perasaan takut bercampur gugup, Tias
menjawab dengan nada rendah bergetar.
Tias : Ya, Romo
Preses : oh..oh.. ternyata kau, baik semua kembali
beristirahat, dan kamu Tias ikut Romo (berjalan menuju kamar Romo)
Narator : dengan gugup dan menyesal, Tias membuntuti
Romo Preses dari belakang. Sesampainya di depan kamar Romo Preses, Tias
dipersilahkan duduk dan Romo Preses mulai mengeluarkan seluruh amarahnya yang
menyala-nyala dengan menggenggam kabel neraka yang dililit rapih dan di
ayunkannya ke punggung Tias sambil berkata
Preses : oh.. ternyata penjahat selama ini kamu Tias,
kau yang menjadi batu sandungan bagi temanmu yang lain, seorang siswa seminari
melakukan hal seperti ini, semua masalah berasal dari kau, bolos, moke, Hp, box
musik, sekarang lagi rokok
Narator : pada saat Romo Preses masih berbicara,
tiba-tiba datang opa Bone dan langsung memotong pembicaraan
Opa Bone : kau pasti masih menyimpan rokok di dalam kamar
Tias : tidak ada Opa (menggaruk kepala)
Preses : Tias, jangan menipu, kami ini tahu, sekarang
juga ambil rokok yang kamu simpan.
Tias : baik Romo (berjalan ke kamar tidur)
Narator : Tias pun mengambil rokok sisa di lemari untuk
diserahkan kepada Romo Preses, ketika Tias hendak membawa keluar, tiba-tiba
Moan mendekati Tias dan berkata
Moan : Teman, mari kita sama-sama keluar, saya juga
mau menghadap Romo Preses, saya ingin jujur.
Tias : eh..eh..jangan, Romo sudah tidak tahu, biar
saya sendiri.
Moan : tidak Tias, saya yang menyebabkan kamu di
dapat oleh Romo, jadi saya juga yang harus bertanggung jawab.
Tias : baiklah,terserah kau saja.
Moan : Ayo jalan (keluar dari kamar berjalan kearah
Romo Preses)
Narator : ketika melihat mereka berdua datang, Romo
Preses heran dan bertanya
Preses : Moan, apa yang membuatmu datang ke sini
Moan : begini Romo, saya juga mengisap rokok (sambil
memberi rokok yang diambil)
Preses : oh..oh.. ternyata kau juga, Moan tadi kau
tipu, bapak dirumah kerja setengah mati, kau disini isap rokok (sambil
mengayunkan kabel ke punggung Moan)
Narator : belum selesai berbicara, tiba-tiba munculah
dari balik pintu kamar sekelompok seminaris yang terdiri dari Sergio, stenly,
james, sandro, dio, dan cristo yang merupakan teman merokok dari Moan dan Tias
membuat Romo Preses heran bercampur emosi dan langsung bertanya
Preses : kamu ini kenapa
Narator : karena Stenly yang mempunyai inisiatif untuk
jujur, Stenly pun menjawab dengan pelan tapi pasti
Stenly : kami juga mengisap rokok, Romo
Preses : oh..oo.. benar-benar hebat ternyata kamu ini
berkelompok, kelompok penghancur/PKI (kembali mengayunkan kabel ke punggung
Stenly, Sergio, dan seterusnya) dan Romo kembali bertanya.
Preses : siapa lagi yang biasa merokok ?
Narator : mereka semua terdiam, setelah mendengar
pertanyaan yang dilontarkan Romo Preses, dan membisu di malam itu dan yang
terdengar hanya bunyi cecak, dan jangkrik, karena merasa tidak dihiraukan Romo
Preses kembali melontarkan pertanyaan sama, hanya kali ini lebih tegas seperti
suara neraka
Preses : Stenly siapa lagi yang biasa kamu lihat isap
rokok ?
Stenly : Us, Romo (menjawab dengan pelan)
Preses : Us manuk
Stenly, Sergio, James : Ya, Romo Us manuk
(serempak menjawab)
Preses : cepat-cepat kau panggil Us ke sini
Stenly baik Romo (berjalan masuk ke kamar)
Narator : dengan cepat sepasang sandal jepit itu
melangkah menuju tempat pembaringan Us manuk, dengan sentuhan, Us dibangunkan
oleh Stenly , yang sedang emosi. Us manuk pun bangun dengan ketidak tahuan dan
kepolosan bangun, tanpa membuang-buang waktu lagi, Stenly langsung berseru
dengan suara nyaring
Stenly : Us, Romo, panggil
Us : Romo, siapa ?
Stenly : Romo Preses.
Narator : dengan heran us membuntuti stenly dari
belakang menuju ke kamar Romo Preses. Dengan pelan dua pasang sandal jepit itu
melangkah hingga berada tepat dihadapan Romo Preses yang memegang kabel yang
dililit rapih dengan muka merah bercorak emosi, Us pun terdiam seribu bahasa,
dan Romo Preses mulai lagi
Preses : Us, saya Tanya lagi, jawab dengan jujur, apakah
kau merokok/pernah merokok
Us : tidak, Romo (menjawab dengan gugup)
Preses : itu ternyata banyak yang merokok, mereka piker
saya tidak tahu, mari ke sini Us, kau juga dapat kabel (sambil mengayunkan
kabel kepunggungUs)
Narator : tiba-tiba Opa Bone pun tidak puas dan angkat
bicara
Opa Bone : Us, kau banci juga merokok,
Preses : Benar, pantasan muka seperti orang afrika,
bibir hitam, kamu lihat Moan seperti orang penyakit AIDS yang tinggal tunggu
mati.
Preses : mulai hari ini, tidak ada yang isap rokok
lagi, saya dapat malam itu juga dia keluar.
Opa Bone : mereka minta di orang tua uang bilang mau
kerja tugas, padahal untuk beli rokok.
Preses : benar, anak durhaka, bikin susah orang tua,
menipu, nanti saya beli rokok satu slof kasih dia isap sampai habis, tidak
pakai pegang, saya jaga memang, kalau ada yang isap rokok lagi, tidak tahu lagi
satu slof berapa?
Opa Bone : oh..dulu saya beli kasih om tukang seratus
tujuh belas di toko Nita.
Preses : Mulai hari ini kamu delapan orang ini, saya
jangan dengar lagi kamu isap rokok, kamu tidak kasihan orang tua kamu, apalagi
merokok itu mengganggu kesehatan kita. Kamu lihat, perbandingaan Romo dengan
Moan, sepertinya Moan lebih tua itu gara-gara rokok
Narator : Amarah Romo Preses sudah hilang, suara neraka
sudah lenyap, yang ada cuman nada menasihati.
Preses : baik sekarang kalian boleh beristirahat
Moan, Tias, Stenly : Terima kasih,
Romo
Narator : sejak malam itu mereka semua tidak pernah
merokok, hidup bebas merdeka tanpa beban dan katakan tidak pada rokok (say no
to cigarette)
ANTI KRISTUS MENJADI LASKAR KRISTUS
Oleh : Yohanes Donbosko Nitbani
Adegan :
Prolog : (Diiringi dengan music klasik)
Narator : Di suatu kata yang dulunya indah dan banyak
orang yang ramah terhadap sesama dan mereka kebanyakan mengant agama kristen
katolik, hilang dengan datangnya sekelompok kecil orang yang menyebutkan diri
mereka sebagai Anti Kristus. Dan beberapa orang tersebut, ada seorang yang
ditakuti oleh masyarakat yang mengikuti jalan Kristus. Ia adalah Rinto. Dengan
kelima temannya yang membantu dalam membasmi pengikut Kristus. Mereka adalah
Rendy, Rio, Rikko, Ramos dan Rancho. Banyak pengikut Kristus melarikan diri dan
mengajarkan firman Tuhan secara diam-diam. (musik klasik di berhentikan)
Narator : (Di rumah pemimpin Geng Anti Kristus di
Manggarai) sementara itu berkobar-kobarlah hati Rinto uuntuk mengancam dan
membunuh orang-orang yang mengikuti jalan Tuhan. Ia menghadap pemimpinnya dan
meminta surat kuasa dari padanya untuk membunuh orang-orang yang mengikuti
jalan Tuhan di kota Maumere.
Rinto : Tok… tok… tok… (bunyi ketukan depan pintu
rumahpemimpin mereka, Mr. Jojon)
Mr. Jojon : (melangkah maju dan membukakan pintu)
Oe…
Rinto, ada apa ni ?
Narrator : Jojon pun menyuruh Rinto masuk dan
mempersilahkan rinto duduk.
Rinto : maaf mengganggu Mr. Jojon
Mr. Jojon : oh… tidak apa-apa. Hari ini saya tidak ada
kerjaan.
Rinto : Begini Mr. Jojon ! saya kesini di utus oleh
kelima teman saya mau minta daftar nama-nama pengikut jalan Tuhan yang ada di
Maumere. Soalnya besok kami berenam mau ke Maumere.
Mr. Jojon : oh… begitu ya !!! kalau begitu kau tunggu saya
disini, saya ambil dulu nama-nama mereka.
Narrator : Mr. Jojon pun melangkah masuk kekamar untuk
mengambil daftar nama itu. Sambil menunggu, Rinto melihat keadaan dirumah
pemimpinnya. Rumahnya ditata rapih dengan banyak koleksi gambar pembunuhan
terhadap Anti Kristus. Beberapa saat kemudian Mr. Jojon muncul dari balik pintu
kamar dan sambil membawa kertas yang diisi nama-nama pengikut Kristus.
Mr. Jojon : Ini ambil sudah. Tetapi ingat Rinto jangan
sekali-kali kamu menghilangkan daftar ini. Kalau hilang (dengan raut muka yang
serius) kau akan kubunuh.
Rinto : Ok… itu sih gampang ! (mengambil daftar
tersebut dan melihat nama-nama itu). Nanti setelah saya pulang saya akan
kembalikan daftar ini.
Mr. Jojon : Rinto mau minum apa ? (Tanya Mr. Jojon)
Rinto : Tidak usah repot-repot saya hanya minta ini
saja ! kalau begitu saya pulang dulu Mr. Jojon.
Narrator : Setelah itu Rinto berpamitan pulang dengan Mr.
Jojon dan pulang dengan menaiki sepeda motor miliknya. Merasa lapar Rinto pun
berhenti diwarung.
Rinto : Mbak… tolong bawakan nasi ayam kesini, saya
sudah lapar.
Pelayan : Baik tuan (cepat-cepat pelayan itu
memberitahukan kepada penjual Nasi ayam)
Narrator : (beberapa menit kemudian si pelayan membawa
pesanan yang dipesan)
Pelayan : Ini tuan pesanannya.
Rinto : Terima kasih Mbak. Tapi ingat lain kali
antarnya harus lebih cepat (ancam Rinto)
Pelayan : (tunduk diam)
Narrator :Setelah
makan Rinto pun puulang tanpa membayar. Dengan motornya satria Fu, ia
meneruskan perjalanan ke ende.
Adegan II : (Dalam perjalanan ke Maumere dari Ende)
Narrator : Setelah bertemu dengan pemimpin mereka Mr.
Jojon dan sudah mendapatkan daftar nama-nama pengikut Kristus Rinto beserta
kelima tamannya Rendy, Rio, Ramos, Rikko dan Rancho mempersiapkan diri untuk
berangkat ke Maumere. Dalam perjalanan keMaumere, ketika ia dan teman-temannya
sudah dekat dengan kota itu diNangalimang, tiba-tiba cahaya memancar dilangit
dan mengelilingi dia. Ia pun roboh ke pinggir jalan dan ia mendengar suara yang
berkata
Malaikat : “ Rinto… Rinto… ! mengapa engkau menghianati
Aku ?”
Narrator : Jawab Rinto
Rinto : “ Siapakah Engkau, Tuhan ?”.
Malaikat : “ Akulah Gabriel Malaikat Tuhan.”
Rinto : Ada apa dengan aku ini ? (Tanya Rinto)
Malaikat : “Karena engkau telah menghianati Dia “Yesus”
yang kau aniaya itu.” Tetapi bangunlah dan pergilah kedalam kota itu, disana
akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kau perbuat.”
Narrator : Disamping itu teman-teman seperjalanannya keheranan
karena mendengar suarra itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun hanya cahaya
putih. Seorang dari mereka bertanya kepada teman yang lain.
Rendy : “Bro… kamu dengar ka tidak suara tadi ?”
Teman-Temannya : “Dengar ko”
(serentak)
Rio : Tetapi siapa yang omong tadi (keheranan)
Rikko : tau lagi… !!!
Rencho : Teman-teman bantu dulu dia ?
Narrator : Teman-temannya pun membantu dan menuntunnya
masuk kekota itu. Mereka meenyewa di sebuah rumah miliknya Nando. Mereka
mendatangkan Dokter tetapi selalu saja tidak ada yang bisa menyembuhkan. Para
Dokter yang datang selalu mengatakan bahwa ia akan buta untuk selamanya atau
pun sembuh pasti itu mujisat.
Adegan III : (Di dalam kamar)
Narrator : Selama beberapa hari tidak pernah melihat dan
juga setiap kali diberi makanan selalu saja ia menolak. Dalam pikirannya apakah
ia melanjutkan tugasnya atau berpaling menjadi Laskar Kristus. Walaupun hatinya
sedang kacau Rinto selalu berusaha untuk berkonsentrasi. Hingga pada waktu
malam ketika di tawarkan untuk makan oleh temannya ia menolak dan terus tidur.
Setelah temannya kembali ke kamarnya tiba-tiba ada suatu cahaya yang menerangi
isi kamar itu sehingga membuat Rinto terkejut.
…….
Hening ……. (di iringi dengan music klasik)
Narator : Tiba-tiba munculah seorang yang berpakaian
putih bersih dengan tangannya memegang salib. Ia adalah Malaekat. Sementara itu
disudut kamar yang gelap muncullah sosok manusia yang berpakaian hitam dengan
kuku-kuku yang panjang dengan memegang sebuah tongkat dengan atasnya tengkorak
manusia. Dan diantara mereka terjadi percakapan yang seru.
Setan : Rinto o o o o !!! Lebih baik kau lanjutkan saja
perbuatanmu (bisik si setan itu).
Rinto : kalau saya ikut denganmu apa yang akan kau
berikan kepadaku?
Setan : Itu gampang Rinto. Saya akan memberikan
kekuasaan dan harta benda yang melimpah dank au akan dihormati oleh banyak
orang.
Rinto : (berpikir . . . . Tetapi Malaekat yang berada
disampingnya menegurnya)
Malaekat : (dengan suara halus) Jangan Rinto! Jangan
ikuti kata-kata bualan si hitam dakor itu. Lebih baik kata-kata hati nuranimu.
Setan : (membentak) Hei malaekat sok suci!!! Jangan
ganggu, dia itu milik saya.
Malaekat : Ketahuilah kau buruk rupa engkau tidak berhak
untuk menjatuhkannya. Banyak orang dikuar sana yang membutuhkannya disana.
Setan : (dengan emosi ia membentak) Rinto . . .!!!
Percuma saja kau mengikuti si kapur itu.
Malaekat : (menyambar perkataan setan)
Dengarkan
kataku ini Rinto.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar