Sabtu, 07 Desember 2013

cerpen



Aku kini seorang pemain timnas
By: Risto Tani Tuga

Dari imajinerku ternyata jadi kenyataan……..
Namaku Gabriel Omar, aku berasal dari Malang di sebuah desa kecil di sana, usiaku baru 16 tahun dan aku sudah putus sekolah sejak tamat SMP. Cita-citaku dari kecil ingin sekali menjadi seorang pemain sepak bola yang professional. Untuk urusan bermain bola aku jagonya, apa lagi dalam berfrestyle bola. Ya ini semua karena aku sangat engfans sama cristiano Ronaldo. Hidupku dari kecil tanpa kehadiran seorang ayah hanya ibuku yang selaluh ada bersama aku dan kami tinggal berdua. Sesekali jika kekurangan makanan aku dan ibuku selalu ke kebun untuk mencarinya. Kadang-kadang dalam seharian aku dan ibuku hanya makan ubi sebagai ganti nasi, ikan pun jarang sekali kami makan. Untuk menghadapai itu semua aku selaluh semangat, selaluh tersenyum, selaluh berusaha dan juga tidak lupa berdoa. Namun dibalik derita aku memiliki cita-cita yang begitu besar yang dapat mengubah hidupku. Kelak aku ingin memberikan kado yang istimewa buat ibu dari sebuah gubuk menjadi sebuah istana. Mimpiku itu semua tidak menguburkan motifasiku, teruslah memandangnya ke depan dan ku tahu pasti Tuhan menolongku. Ku percaya itu.
Seiring dengan berjalannya waktu, luka membekas dihatiku. Tak ku sangka ibuku jatuh sakit ketika kami sama sekali tidak memiliki uang. Aku hanya menangis dan tak tahu bagaimana yang harus ku lakukan. Dari doa ucapan salam yang indah, aku hanya berdoa agar ibu cepat sembuh. Namun aku tidak sendirian di sudut ruang yang sempit aku melihat sebuah bola yang dulu pernah dihadiakan oleh oleh ayah pada saat aku ulang tahun. Dan dari situ aku berpikir bahwa aku bisa membelikan obat buat ibu dengan bolaku. Secepatnya mungkin aku harus pergi. Ibu, aku pamit ke kota dulu untuk mencari uang, ibu tetap disini ya, aku pulang cepat ko…..
Siang hari yang begitu panas. Hingar-bingar di kota begitu rameh, dari sudut etalase tertampang mode kota Malang. Ah, sebaiknya di taman kota aku harus berhenti dan memulai aksiku frestyle bola. Selama frestyle bola dari kejauhan ada seseorang yang menatapku begitu tajam dengan senyuman kecil, namun aku tetap konsentrasi pada bola. Setelah usai aksiku secepat mungkin aku menyodorkan dos. Dan tak di sangka aku mendapatkan uang yang begitu banyak, pasti cukup untuk membelikan ibu obat dan makanan. Dan kini aku harus cepat kembali menuju rumah, ibu pasti  merindukan aku. Selama perjalanan pulang ada seseorang yang selalu mengikuti aku dari belakang. Namun aku berpikir orang itu pasti juga mau menuju ke kampungnya. Sesampe aku dirumah, aku langsung memberikan makanan dan obat untuk ibu. Ibu terlihat tersenyum dan bertanya kepadaku : Gabriel trimakasih banyak sudah menolong ibu, kamu adalah anak ibu yang baek. Ketika aku sedang bersama ibu, tiba-tiba dari luar rumah terdengar derapan kaki dan ketukan pintu. Tok…tok…tok, dan secepat mungkin aku membukakan pintunya. Tamu itu tak sama sekali aku kenal, tapi aku tetap ramah dan persilakan ia masuk. Selamat sore ade, sebelumnya om minta maaf sudah mengikuti ade sampe disini. Perkenalkan om adalah seorang pelatih sepak bola timnas U-19. Dan sekarang ini timnas sangat membutuhkan orang-orang muda yang hebat serta memilki semangat juang yang tinggi  dan itu om percaya ada di diri kamu. Untuk itu kalau ade bersedia, ade boleh ikut latitan seleksi timnas U-19 besok di lapangan bola arema. Sebab om akan menyeleksi para pemain dari setiap provinsi yang ada. Apa benar om ?, aku sangat bahagia mendengarnya. Nanti besok pagi jam 08-00 om tunggu kamu disana. Kalau begitu om pamit dulu ya!. Sama-sama om trimakasih. Kayaknya kabar ini aku harus cepar beritahu ke ibu, bahwa aku akan ikut seleksi tim sepak bola U-19. Dengan langkah yang pasti aku menuju ibu. Ibu ! Hari ini ada kabar gembira buat ibu, bahwa aku akan mengikuti latihan seleksi timnas U-19. Apakah ibu merestui saya ?. dengan harapan dan cita-cita kamu dari kecil ibu kakan selauh merestui dan mendukung kamu. Trimakasih bu, aku sangat bahagia ibu mendukung aku. Di hari itu juga aku mulai mempersiapkan mental dan segala keperluan yang akan ku bawa besok. Keesokan harinya aku harus segera menuju ke kota, jangan sampai aku terlambat mengikuti seleksi. Dan seperti biasa sebelum jalan aku harus pamit dengan ibu dan meminta doanya. Ibu aku jalan dulu, tak ku sangka air mata jatuh membasahi pipiku. Namun aku harus pergi demi cita-citaku. Meninggalkan segalanya demi perubahan hidupku.
Tahap penyeleksian dimulai selama tiga hari dan kami di beri berbagai arahan oleh coast Rudi Hartono. Mulai dari pembinaan mental, latihan fisik dan skill. Suasana latihan sangat terasa seolah aku sudah menjadi seorang pemain timnas. Triakan sang pelatih bagaikan garuda, ayo semuanya pemanasan dan jogging keliling lapangan sebanyak 10 kali ini demi pernapasan kamu. Dan aku begitu bersemangat untuk berlari. Setelah usai lari kami semua di arahkan untuk lari di keliling kon membentuk berbagai gerakan. Sunguh suasana latihan yang begitu melelahkan. Semua tahap telahku lalui dengan sempurna. Namun yang membuat aku bangga,  aku diberi pujian oleh coast Rudi, bahwa skill yang ku miliki sangat cepat, pintar mengalirkan bola, dan penempatan posisi dan ini merupakan pujian yang tak akan ku lupakan. Tahap latihan telah usai dan kini dari dua puluh peserta seleksi kami semua diajak makan malam bersama, sebelum  esok mendengar hasil seleksi. Para Pembina dan coach sungguh memberikan keputusan yang pasti, dari dua puluh peserta kami dipilih tiga yang lolos seleksi, diantaranya saya, Joel Sholly, dan Risto Jenete. Aku adalah nama pertama yang lolos, puji syukur, Tuhan Engkau mendengarkan doa ku. Dan kini aku harus cepat mengabarkannya ke ibu bahwa aku lolos, pasti ibu sangat senang dan bahagia. Seperti apa yang disampaikan oleh coach, bahwa tanggal 01 agustus aku harus segera ke Jakarta untuk mengikuti latihan perdana sebab tanggal 10 agustus kami harus sudah bermain melawan Laos. Sisa-sisa waktu ini aku tak boleh sia-siakan untuk ibu.
Dengan berbagai pertandingan yang ku lewati cita-citaku sudah menjadi kenyataan. Malam ini kami juara dan akulah pemain terbaik, ini adalah kado rumah baru untuk ibu. Semuanya ini tak dapat kurangkaikan menjadi satu, telah banyak pertandingan yang ku lewati. Hidupku telah berubah dan aku kini adalah seorang pemain TimNas.
GARUDA DI DADAKU

1 komentar:

  1. saya ju gabung ko jadi pemain timnas, masa hanya kamu tiga sa yang lolos seleksi.....

    BalasHapus